warriorweeknow, Jakarta – Meledaknya sampah plastik menjadi momok bagi lingkungan karena terbukti mencemari tanah, sungai, dan laut kita. Berbagai solusi telah dikembangkan dalam sistem pengurangan sampah plastik, salah satunya adalah stasiun pengisian bahan bakar.
Kutipan dari Fimela, Senin 4 Maret 2023 merupakan pusat pengisian furnitur. seperti sabun, sabun cuci piring, dan produk perawatan pribadi. Dengan konsep ini, wadah plastik isi ulang dapat digunakan dalam jangka waktu lama, dan harga eceran dapat diturunkan sehingga mengurangi jumlah sampah plastik yang digunakan.
Berdasarkan hal tersebut, Unilever memulai program “U-Refill” pada tahun 2020 dan mendistribusikannya ke 817 center di Indonesia. Mereka memanfaatkan bank sampah koperasi untuk membuat stasiun pengisian barang-barang rumah tangga. Meski terkesan banyak, namun jumlah tersebut tidak sebanding dengan sebaran masyarakat Indonesia, karena lebih banyak berada di ibu kota.
Mengapa model bisnis ini menyebar begitu lambat?
Model bisnis SPBU di Indonesia berbeda dengan model bisnis penjualan produk pada umumnya. Perlu dilakukan riset yang mendalam dan mendalam. Lalu yang kedua, ternyata perusahaan kami akan memperkenalkan sistem pengisian ini, kata Maya. Tamimi, Head of Environment and Sustainability Unilever, pada Media Collection HPSN 2024: Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional 2024, beberapa waktu lalu.
Sejauh ini, pihaknya menilai sistem pendistribusian SPBU ke bank sampah merupakan yang terbaik. Dengan cara ini masyarakat lebih reseptif karena sudah mempunyai kesadaran terhadap sampah plastik.
Maya juga menjelaskan, tidak semua kategori produk bisa dijual dengan sistem isi ulang. Sesuai peraturan BPOM, beberapa makanan tidak diperbolehkan dijual dalam jumlah besar untuk mencegah kontaminasi. Selama ini mereka hanya menawarkan produk pembersih lantai, sabun cuci piring, dan sabun batangan.
Sebelumnya, Unilever aktif menggalakkan bank sampah sejak tahun 2008. Sebanyak 4.000 bank sampah telah didirikan di 50 kabupaten/kota di 11 negara bagian.
“Kemitraan ini telah membawa banyak perbaikan bagi masyarakat dan lingkungan. Dari sudut pandang ekonomi, penjualan sampah plastik oleh lembaga pengumpul sampah plastik telah membantu perekonomian dan kesejahteraan mereka,” kata Maya.
. Di sisi sosial, kegiatan pengumpulan sampah juga mendorong partisipasi masyarakat, mendukung persatuan masyarakat bahkan mengembangkan pemimpin perempuan di berbagai pusat Bank Sampah. Di sisi lain, dari sisi lingkungan, jumlah sampah anorganik, termasuk plastik, yang terakumulasi pada tahun 2022 akan mencapai lebih dari 28.633 ton.
Ada banyak jenis bank sampah dan yang paling atas adalah bank sampah terbesar. Bank Sampah Besar bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan sampah plastik ke bank sampah anggota, serta melakukan negosiasi dengan penjual atau pembeli tas daur ulang. Keuntungan dari penjualan tersebut kemudian didistribusikan kembali ke bank barang bekas masing-masing anggota.
Contoh unggulannya adalah Bank Sampah GESIT Induk yang berlokasi di Menteng Pulo, Jakarta Selatan. Bank barang bekas ini sudah memiliki 250 anggota bank barang bekas yang tersebar di 10 kelurahan di Jakarta Selatan.
Sri Endarwati, Direktur Bank Sampah Utama GESIT, mengatakan sampah plastik merupakan jenis sampah yang paling banyak menumpuk, jumlahnya sekitar delapan ton per bulan atau nilainya sekitar Rp 270 juta. Selain dijual ke pedagang daur ulang plastik, sampah ini juga diolah menjadi produk baru, seperti karpet, tas, baju plastik dan produk lainnya.
“Sampah telah mengubah hidup saya dan pengelola lainnya karena ‘keuntungan’ yang kita dapat banyak. Kita bisa beramal, menjaga lingkungan, mempererat silaturahmi antar masyarakat, dan memperluas silaturahmi,” kata Sri.
Di sisi lain, Vinda Damayanti Ansjar, Direktur Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mendukung setiap upaya yang dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah plastik di Indonesia. Pemerintah, kata dia, juga aktif merundingkan Instrumen Internasional tentang Polusi Plastik yang memiliki ketentuan mengikat untuk mengatasi masalah polusi plastik secara global.
Indonesia saat ini memiliki sejumlah kebijakan pengendalian sampah plastik melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 75 Tahun 2019. Salah satunya mengharuskan produsen mengembangkan langkah-langkah untuk mengurangi sampah plastik yang dihasilkan serta kemasan dan wadahnya.
Ada juga konsep Tanggung Jawab Produk Tambahan (EPR). “Dalam EPR, produsen mengembalikan plastik ke konsumen untuk didaur ulang menjadi produk atau produk lain sehingga sistem ekonomi sirkular dapat berjalan,” kata Vinda. Jadi, keberadaan bank sampah sangat penting dalam rantai ekonomi sirkular. Berdasarkan data KLHK, terdapat 27.631 unit bank bekas di Indonesia.