warriorweeknow, JAKARTA – Makan itu penting, tapi memasak adalah seni.” Saat ini sangat mudah untuk membeli makanan siap saji. Namun menikmati tindakan memasak makanan yang ingin disantap sendiri sangatlah sulit dan merepotkan. Faktanya, memasak juga merupakan bagian dari seni.
Karena itu, Perusahaan startup Cooklab mencoba menjawab masalah ini. Cooklab menawarkan paket memasak yang dibuat sesuai ukuran (siap dimasak). Pada bulan Agustus lalu, layanan mereka diterima dengan baik di pasar Surabaya, menarik lebih dari 200 pengguna setelah 2 bulan peluncuran.
Mereka mengira telah melakukan validasi pasar yang cukup dan memperluas lebih jauh. Pada bulan Oktober tahun itu, Cooklab mencoba memasuki pasar Jakarta dengan menggandeng Key Opinion Leaders dan Chefs untuk memungkinkan pengguna memasak di rumah dengan menu yang tidak kalah dengan restoran.
Pengguna Cooklab dapat memasak sendiri menu makanannya di rumah yang sering mereka nikmati saat makan di restoran. Cara menggunakannya cukup mudah; Pengguna perlu mengunduh aplikasi Cooklab yang tersedia di Appstore dan Playstore. Kemudian pilih resep yang ingin Anda masak. Kemudian pesan Paket masak akan tiba H+1 setelah pembayaran dilakukan.
Saat paket masakan tiba, pengguna hanya perlu melihat resep setiap item menu. Formatnya bisa berupa video resep atau kartu panduan resep. nyatanya, Mereka memiliki slogan #AntiFail karena proses memasaknya harusnya sangat mudah. Bahan sudah tersedia, tinggal login dan ikuti video tutorialnya. Seperti perakitan Lego.
Latar belakang dikembangkannya Cooklab tidak jauh dari dampak pandemi corona Covid-19. Seperti diketahui, pandemi Covid-19 memberikan dampak besar terhadap berbagai sektor perekonomian, termasuk produk segar.
Pendiri Cooklab Kartika Dwi Baswara dan Clarence Eldy mengatakan, sejak pertengahan tahun 2019 lalu, mereka memang benar-benar merambah dunia produk segar. Pada waktu itu, Keduanya menjalankan bisnis farm-to-table untuk restoran dan kafe di Bali. Namun pandemi memaksa keduanya mengambil tindakan strategis berupa pusat penjualan produk segar ke rumah tangga.
Kartika Dwi Baswara dan Clarence Eldy sebelumnya pernah menggeluti bisnis farm-to-table untuk restoran dan kafe di Bali. “Di masa pandemi Covid-19, dengan adanya perubahan perilaku konsumen dalam membeli makanan, memasak di rumah menjadi tren,” kata Kartika.
Menurutnya, banyak pemain di sektor produk segar yang perlu dibedakan secara jelas antara Cooklab dengan pemain lainnya. Jadi apa yang membuat Cooklab berbeda?
“Biasanya pengguna harus membeli sesuai dengan SKU yang tersedia. Misalnya, ketika pengguna ingin memasak makanan Korea dan membutuhkan saus Gochujang, pengguna hanya membutuhkan 100g resep yang ingin dicoba, namun perlu membeli 500g sausnya. .Jadi sisa 400gr kuahnya biasanya terbuang sia-sia atau disimpan dalam lemari hingga habis masa berlakunya.
“Kalau pakai Cooklab, paket masaknya sudah jadi, diukur dan dibersihkan semuanya, tinggal mencampur bahan-bahannya,” jelasnya.
Saat ini Cooklab memiliki lebih dari 80 jenis paket memasak yang dapat dicoba oleh pengguna. Menunya barat; Korea Tersedia beragam mulai dari menu Indonesia hingga menu dessert.
Cooklab sendiri yakin pengguna bisa sukses mempraktikkan resep-resep tersebut di rumah. Oleh karena itu, target pasarnya tidak hanya pengguna yang gemar memasak saja, namun juga pengguna yang ingin belajar memasak.
“Saya ingin memberikan solusi bagi teman-teman yang ingin belajar memasak. “Mungkin Anda memasak untuk keluarga tercinta, untuk kesehatan karena bosan menyantap makanan tertentu, atau untuk teman yang sedang belajar berjualan makanan,” tutup Clarence Eldy. Selain Cooklab, Ada banyak perusahaan yang menyediakan layanan serupa. Salah satunya adalah Tetap Memasak.