0 0
Awas, Beri Makan Kucing Secara Berlebihan Bisa Berdampak Buruk bagi Anabul - PORTAL BERITA PAY4D lapaktoto jepang slot

Awas, Beri Makan Kucing Secara Berlebihan Bisa Berdampak Buruk bagi Anabul

Read Time:4 Minute, 11 Second

warriorweeknow, Jakarta – Saat bayi terlihat gemuk dan nafsu makannya bagus, pasti para orang tua merasa senang. Pada waktu makan, kucing yang lapar terkadang memaksa induk cakarnya untuk memberi makan berulang kali. Namun perlu diingat bahwa hal ini dapat berdampak buruk pada kesehatan kucing. 

Pemilik kucing yang memberi makan kucingnya secara berlebihan tanpa disadari dapat menimbulkan masalah bagi kucing kesayangannya. Selain penambahan berat badan, penelitian terbaru menunjukkan bahwa makan berlebihan juga dapat mengganggu penyerapan nutrisi kucing dan memengaruhi keseimbangan mikroba di saluran pencernaannya.

Oleh karena itu, disarankan untuk membatasi jumlah makanan yang diberikan kepada hewan peliharaan dan mendorong kucing rumahan untuk aktif.

Menurut laporan Science Alert, lebih dari separuh kucing di Amerika mengalami kelebihan berat badan, sebuah masalah yang patut mendapat perhatian. Sebuah tim dari University of Illinois di Urbana-Champaign melakukan penelitian untuk memahami dampak peningkatan berat badan pada hewan tersebut.

Ahli gizi Kelly Swanson, yang merupakan penulis utama studi tersebut, mengatakan bahwa proses sebaliknya kurang mendapat perhatian, dan hal ini juga penting.

Para peneliti kemudian melakukan penelitian yang melibatkan 11 kucing betina dewasa yang telah dimandulkan dan memiliki berat badan yang sehat. Mereka ingin mempelajari lebih lanjut tentang perubahan metabolisme dan pencernaan yang terjadi pada kucing akibat makan berlebihan dan penambahan berat badan.

Selama dua minggu pertama, kucing-kucing tersebut diberi makanan seimbang dan berkualitas tinggi yang tersedia secara komersial. Selama 18 minggu berikutnya, mereka diberi makanan yang sama tetapi diperbolehkan makan sebanyak yang mereka mau.

Selama periode tersebut, khususnya pada awal penelitian, dan pada minggu ke 6, 12 dan 18 setelah kucing diberi makan sebanyak-banyaknya, para peneliti mengambil sampel tinja dan darah dari kucing-kucing tersebut. Mereka juga memantau aktivitas fisik kucing-kucing tersebut menggunakan monitor yang terpasang di kalung mereka.

“Kami memperkirakan kenaikan berat badan mungkin menyebabkan penurunan aktivitas fisik, namun kami tidak menemukan perubahan yang konsisten dalam tingkat aktivitas,” kata Kelly Swanson.

Kelly Swenson menjelaskan bahwa hal ini dapat bervariasi tergantung pada karakteristik unik masing-masing kucing serta pengaruh lingkungan, termasuk seberapa sering pemiliknya berinteraksi dengan mereka.

Kucing-kucing tersebut dengan cepat meningkatkan porsi makannya, sehingga mengakibatkan penambahan berat badan.

Tak heran jika berat badan mereka bertambah. Saat kucing makan lebih banyak dan tumbuh, kadar lemak tubuhnya meningkat dan kemampuannya menyerap nutrisi menjadi kurang efisien.

Menurut Kelly Swanson, ketika tubuh menerima lebih sedikit makanan, tubuh akan menyerap nutrisi dengan lebih efisien. Namun, ketika jumlah makanan bertambah, makanan akan bergerak lebih cepat melalui sistem pencernaan, dan akibatnya, lebih sedikit nutrisi yang dapat diserap selama waktu tersebut.

Selain itu, ketika kucing makan lebih banyak, mereka juga menghasilkan lebih banyak kotoran dan tinja yang lebih asam. Hal ini menandakan bahwa makanan tersebut tidak dicerna dengan baik oleh tubuh mereka.

“Pada manusia, pH tinja yang rendah menunjukkan buruknya penyerapan karbohidrat dan lemak. Temuan kami konsisten dengan hal ini, karena penurunan pH feses dikaitkan dengan asupan makanan yang lebih banyak dan penurunan pencernaan,” jelas Kelly Swanson.

Para peneliti menemukan perbedaan menarik pada jenis mikroba di usus kucing setelah mereka diberi makan makanan sepuasnya selama 18 minggu. Selain itu, mereka juga menemukan bahwa waktu transit makanan melalui saluran pencernaan kucing menurun sekitar 25 persen seiring dengan bertambahnya berat badan.

Menurut Kelly Swanson, temuan ini sangat menarik karena perubahan waktu pencernaan makanan tersebut mungkin bertanggung jawab atas perubahan bakteri yang ada dalam kotoran kucing.

Ternyata, ada perubahan tertentu pada mikrobioma kucing yang tidak sesuai dengan perubahan yang biasa terjadi pada orang yang mengalami obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor lain selain berat badan yang juga mempengaruhi keadaan tersebut.

Memahami perubahan metabolisme dan pencernaan yang disebabkan oleh obesitas pada kucing dapat membantu kita mencegah dan mengatasi masalah ini.

Tim peneliti merekomendasikan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai hubungan antara perubahan mikrobioma usus dan kesehatan secara keseluruhan. Dengan cara ini, kita dapat lebih memahami bagaimana kesehatan usus kucing dapat memengaruhi kesejahteraannya secara keseluruhan.

Dalam penelitian terbarunya, Swanson dan tim peneliti lainnya telah menemukan cara yang aman bagi kucing untuk menurunkan berat badan dan menghilangkan lemak. Mereka menemukan bahwa membatasi jumlah makanan yang diberikan kepada kucing dapat memberikan efek positif dalam mencapai tujuan tersebut.

Setelah studi penambahan berat badan selesai, 11 kucing dalam penelitian tersebut dipelihara dengan diet terbatas. Hasilnya, mereka berhasil kembali ke berat badan semula dengan selamat.

Namun, menyediakan makanan hanya pada saat diperlukan saja tidaklah cukup. Para ilmuwan juga menyarankan pemilik hewan peliharaan untuk memasukkan aktivitas fisik dan mental saat makan. Salah satu cara yang disarankan adalah dengan membagi makanan menjadi porsi kecil dan menempatkannya di tempat berbeda. Hal ini akan mendorong kucing untuk bergerak dan mencari makanan.

Selain itu, pemilik juga bisa melempar makanan untuk membuat kucingnya bergerak mengambilnya, atau menggunakan puzzle makanan yang akan membuat kucing berpikir dan aktif.

Meski kucing seringkali terlihat cerdas dan lebih suka mandiri, penelitian ini membuktikan bahwa mereka pun bisa hidup lebih sehat dan bahagia dengan bantuan dan perhatian yang tepat dari kita.

Jadi jangan ragu untuk memberikan perhatian ekstra pada kucing kesayangan Anda. Hasil penelitian ini dipublikasikan di Journal of Animal Science sehingga dapat dipercaya dan dijadikan pedoman bagi pemilik kucing yang ingin menjaga hewan peliharaannya tetap sehat dan bahagia.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %